Assiry gombal mukiyo, 30 September 2016


Setahu Karomah-Barokah, yang secara bertahap dan perlahan-lahan dicapai oleh para pengamal tarekat yang tekun sesuai tuntunan para guru sejati, pada perkembangannya justru untuk meningkatkan wawasan dan kesadaran seseorang, sehingga karakter dan kualitas kepribadian seseorang meningkat menjadi lebih baik. 

Sehingga martabat dan derajat diri seseorang pun jadi meninghkat, meluas dan mengembang. Sehingga diri seseorang berikut kepribadiannya, menjadikan dirinya merupakan pribadi dan karakter yang unik di tengah-tengah masyarakat sekitarnya. Apapun peran kiprah yang digelutinya di masyarakat, termasuk di bidang profesi yang dipilihnya.

Melalui laku spiritual seperti itu, yang namanya Karomah-Barokah yang tercurah dari Allah SWT pada diri seseorang, bukan hal yang mustahil jika seseorang kemudian berhasil menemukan Legenda Dirinya. Artinya, bobot ketokohan seseorang, kompetensi dan keahlian seseorang, bakat khusus seseorang, terbangun atas dasar ketinggian derajat dan martabat seseorang sesuai dengan kualitas spiritual dan rohaniahnya pada saat itu. Pun demikian menurut Abah Habib Luthfi Pekalongan Mursyid Tarekat Al Mu'tabarah An Nahdhiyyah Se-Asia tenggara. Beliau pernah berujar dalam suatu forum Tarekat di Gedung ABG undaan Lor Kudus, bahwa Karamah bukanlah tujuan bagi pelaku tasawuf ( salik) karena tujuan bertarekat adalah agar lebih dekat dengan Allah melalui jalan suluk yang diajarkan oleh para Mursyid /guru.

Di sinilah karomah-barokah Allah SWT yang tercurah pada diri seseorang sebagai pembelajar Tasawuf yang pada intinya berupaya menyatu-nafaskan antara syariah, tarekat, hakekat dan makrifat, merupakan buah dari ketekunan dan intensitas amalan atas tuntunan para guru yang kapabel bukan sembarang guru.

Maka itu, ketika Prof.Dr.Marwah Daud Ph.D berargumentasi bahwa atas dasar "Karomah" (versi Marwah) yang dimiliki Dimas Kanjeng sehingga bisa menggandakan uang, saya khawatir seorang Marwah menggunakan sudut penglihatan di luar cara pandang kelaziman dan adab dari tradisi tarekat islam di bumi nusantara, yang kalau saya tidak salah, ada sekitar 48 tarekat yang dipandang Muktabar atau diakui.

Yang krusial dan mengalami degradasi sekaligus demoralisasi spiritual di sini bukan perkara bahwa dengan "Karomah" yang dimiliki Dimas Kanjeng lalu bisa menggandakan uang, tetapi karena kemudian mencuat suatu cara pandang lain yang mengejutkan: Bahwa melalui laku spiritual yang sejatinya esoterik dan batiniah, ternyata bukan ditujukan untuk menyempurnakan kualitas pribadi manusia sebagai Insan Kamil, melainkan untuk tujuan-tujuan yang hanya sekadar material belaka, untuk menumpuk kekayaan sehingga berujung kepada penipuan, pembunuhan dan semacamnya yang justru itu bertentangan dengan laku tarekat.

Hal ini bukan sekadar menggejala pada pribadi perseorangan seperti Marwah, tetapi sudah menggejala di beberapa lapisan masyarakat kita.

Sejak kepolisian menetapkan Sri Raja Prabu Rajasanagara Kanjeng Dimas Taat Pribadi addhobolu wal gosek tai sebagai tersangka kasus penipuan penggandaan uang, entah bagaimana mulanya di luar sana mulai beredar pendapat bahwa Prof. Dr. Hajjah Marwah Daud Ibrahim Ph.D. adalah korban dari kelakuan Dimas Kanjeng. Bagimana bisa Marwah adalah korban jika ia adalah pembela terdepan yang ratusan kali menyatakan bahwa Dimas Kanjeng adalah sosok yang punya atau memperoleh karomah dari Allah?

Bahkan yang paling konyol adalah Marwah berani mensejajarkan dan membandingkan B.J. Habibie dengan Dimas Kanjeng taat pribadi karena keduanya dianggap memiliki kemampuan luar biasa pada sisi berbeda. "Saya lihat Pak Habibie diberi kemampuan luar biasa dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, beliau (Dimas Kanjeng) ini juga diberi karomah yang luar biasa," ucapnya. Sungguh marwah terjangkit secara akut "nalar sakit" yang menular.

Saya termasuk yang secara terbuka berharap bahwa pada akhirnya, setelah melalui pengembangan penyidikan (atau apapun istilahnya), semoga terbukti bahwa Prof. Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim Ph.D adalah salahsatu kaki tangan utama terpenting dalam jaringan ribuan korban yayasan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan oleh karenanya kemudian Polisi menetapkannya sebagai tersangka pula.
 
Jelas karena pernyataan-pernyataan dan pembelaan-pembelaan perempuan itu terhadap Dimas Kanjeng selain ngawur dan berbahaya. Hal itu dilskukannya karena memang ia berada dalam barisan terdepan sebagai Ketua Yayasan Dimas Kanjeng yang kemungkinan besar terlibat dalam golongan pelaku penipuan berantai tersebut.

Sepertinya gelar akademik Marwah perlu dicopot, heehee... karena kegoblokannya sudah menembus planet Dewa tetangga sebelah. Bagaimana mungkin Marwah menyatakan bahwa Kanjeng Dimas adalah aset bangsa yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.