Blogroll

CV. Assiry Art dalam Liputan

Assiry GRC Kubah Masjid

Selamat Datang di grckubah.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat GRC kubah, ornamen, dll. Silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

CV.Assiry Art adalah kendaraan Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Quran yang ikut andil dalam menebarkan virus- virus kaligrafi di Indonesia dan manca negara. Berbagai bahan dan media yang sudah ditangani. Sejak 2003 CV.Assiry Art mencoba peruntungan bisnis dengan menggunakan bahan GRC untuk pembuatan motif ukiran, baik krawangan maupun masif. Disamping itu CV.Assiry Art juga mulai menerima order membuat Kubah GRC satu paket dengan kaligrafi interior dan eksterior kubah.

GRC adalah singkatan dari Glassfibre Reinforced Cement, dimana pengertiannya adalah sebuah produk precast / pracetak dari beton yang di-mixed dengan serat fiberglass. Keuntungan produk GRC adalah lebih ringan di banding dengan produk beton pracetak pada umumnya dan bisa dibuat lebih tipis sebagai papan GRC / GRC board atau panel GRC.

GRC adalah produk rekayasa sebagai pengganti produk-produk sejenisnya. Karena dapat diaplikasikan untuk menutup dinding/bangunan lama dan atau bangunan baru. GRC memiliki ketahanan terhadap cuaca atau suhu tertentu karena mengandung serat alkali resisten. GRC memiliki ukuran yang sangat presisi karena menggunakan moulding satu jenis sesuai desain yang diinginkan. Cetakan GRC dapat dibuat dengan Material antara lain: Triplek, Resin, Karet, dan GRC itu sendiri.Pelaksanaan pekerjaan GRC dapat dilakukan dengan waktu yang singkat dan lebih cepat dibanding material sejenisnya. Penginstalan GRC dapat dilakukan dengan sistem pengelasan, fiser, dan menggunakan material-material lain sebagai pendukung seperti Dynabolt, Braket atau Rangka siku, Besi Pipa atau bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Produk-produk grc yang di buat CV. Assiry Art antara lain :
Kubah/Dome (Polos & Motif), Ceilling/Plafon (Polos & Motif), Cover Coloumb Listplank ( Polos & Motif), Clading Dinding ( Polos & Motif), List Profil, Sopi-sopi, Pot Bunga, Canopi, Juga Mengerjakan GRC Board, Kalsiplank Polos dan Motif Kayu Jati.

Keunggulan produk GRC :
-Mampu memproduksi bahan-bahan yang rumit.
-Bisa dicetak dalam bentuk apapun
-Ringan dan mudah dalam pemasangan
-Dapat mengurangi beban pada konstruksi gedung
-Tahan terhadap api dan perubahan cuaca
-Tahan lama serta mudah dalam pemeliharaan.
-Ideal untuk membuat profile atau ornament yang bergaya klasik atau maroko yang menggunakan full ornamen arabic art.

Bahan baku yang digunakan adalah:
- SERAT FIBER : jenis alkali-resistant dengan kadar zirkonia (Zr02) yang tingggi. Berbentuk panjang seperti tali, yang pada waktu proses penyemprotan serat tersebut akan terpotong-potong sepanjang 18 – 36 mm. serat fiber yang kami gunakan adalah Roving Spry Up 2400 Tex ex. Taiwan.
Komposisi pemakaian serat fiber adalah 5% dari bobot GRC/m2.
SEMEN: Semen yang digunakan adalah portland biasa seperti disyaratkan oleh beton atau PBI TYPE 1971. Untuk sement yang biasa digunakan oleh CV.Assiry Art adalah semen gresik dan tiga roda..,
PASIR: Pasir yang digunakan adalah pasir galunggung yang bersih, kering dan keras, berfradasi 150 mikron sampai 1,2 mm. dengan persyaratan lumpur organik > 0,5%, silika > 96%, larutan garam < 1% dan kelembaban < 2%.,
AIR: Air dengan syarat bersih, tidak mengandung lumpur dan setara dengan air yang digunakan untuk adukan beton.

Berikut ini beberapa jasa seni rupa dan kaligrafi yang kami tawarkan

GRC KUBAH

Kubah GRC menjadi pilihan alternatif bagi yang menginginkan kubah Masjid yang elegan dan kuat. Selain Dari segi biaya, Kubah GRC terbilang lebih murah daripada kubah dari bahan yang lain.

Silahkan klik di sini

GRC KRAWANGAN

GRC Krawangan sudah menjadi hal yang wajib ada di sebuah masjid. Keindahan corak dan tekstur krawangan GRC menjadikan masjid terlihat lebih elegan

Silahkan klik di sini

GRC KALIGRAFI

Kaligrafi GRC menjadi alternatif bagi anda yang menginginkan kaligrafi timbul yang megah dan terkesan mewah

Silahkan klik di sini

GRC LISTPLANG

Listplang GRC dengan motif ukiran dan atau ornamen akan membuat Masjid semakin indah. Kami melayani segala bentuk motif untuk listplang

Silahkan klik di sini

GRC MOTIF MASIF

Siapa yang tak takjub melihat indahnya ornamen dan motif GRC. Dengan paduan desain yang unik dan elegan menjadikan GRC motif masif ini terlihat mencolok dan sedap dipandang.

Silahkan klik di sini

GRC MAKARA TIANG

Tiang penyangga pada Masjid akan semakin elok dipandang jika dipadukan dengan GRC Makara tiang, dengan motif dan ornamen klasik semakin membuat Masjid terlihat elegan.

Silahkan klik di sini

GRC MAHKOTA KUBAH

GRC Mahkota kubah sebagai pelengkap Kubah GRC anda. Dibuat berdasarkan desain yang anda inginkan.

Silahkan klik di sini

GRC MENARA

Menara GRC menjadi pilihan alternatif bagi yang menginginkan Menara Masjid yang elegan dan kuat. Selain Dari segi biaya Menara GRC terbilang lebih murah daripada Menara dari bahan yang lain.

Silahkan klik di sini

RELIEF BATU PARAS JOGJA

Relief batu paras jogja begitu rumit dan unik desain dan coraknya. Tentunya semakin membuat Masjid atau rumah anda terlihat unik dan menarik

Silahkan klik di sini

KALIGRAFI KUBAH

Kubah merupakan komponen penting sebuah masjid, dengan sentuhan kaligrafi dan ornamen estetik akan membuat kubah menjadi indah. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman kami dalam membuat kaligrafi kubah sudah terbukti dengan banyaknya masjid/musholla yang sudah menggunakan jasa kami. Baik itu kubah berhias kaligrafi, ornamen, lukisan awan dan yang lain

Silahkan klik di sini


Jumat, 24 April 2015

HARI BUKU

Assiry gombal mukiyo, 25 April 2015


Ayat pertama Al Quran adalah perintah membaca( iqra'). Pada tanggal 24 april bertepatan dengan "Hari Buku", tentunya kita perlu meningkatkan kembali kualitas kita dalam membaca. Membaca apa saja, membaca dalam dalam konteks alam modern ini bisa dari buku, baik buku fisik maupun buku digital. Pun membaca bisa diartikan dengan belajar dari alam semesta yang sangat luas ini.

Dalam membaca dan belajar itu kita juga harus bisa jujur, misalnya kalau terbukti evolusi itu benar, ya jangan "ngotot" menentang evolusi. Karena terbukti bahwa manusia adalah sepupunya simpanse, bonobo ya harus kita akui bahwa kita sepupu dengan mereka. Dan juga terbukti bahwa semua yang ada di bumi ini awalnya berasal dari hewan bersel satu yang berevolusi miliaran tahun.

Maka bacalah buku sebanyak-banyaknya, bacalah Al Quran, Injil, Veda, Tipittaka, Das Kapital, God Delusion, Wealth of Nation, Physics of The Future, Animal Liberation, Ziarah ke Makam Tuhan, dan sebanyak-banyaknya buku yang mampu kamu baca jangan cuma baca buku komik dan kartun Naruto.
Karena pada akhirnya kita yang akan menginternalisasi semua bacaan tadi, sesuai dengan tingkat pemahaman pribadi masing-masing.

Kita akan bisa melihat bagian mana dari setiap buku itu yang rasional, mana yang irrasional, mana yang patut dijadikan pegangan hidup, mana yang perlu dibuang di tempat sampah peradaban.

Kesalahan manusia terbesar adalah ketika dia berhenti membaca, berhenti mencari ilmu. Atau ada juga kesalahan cukup fatal yaitu membaca bacaan hanya yang sesuai dengan agamanya saja atau ideologinya.
Padahal mengerti akan agama atau isme atau ideologi lain adalah sangat penting agar terjadi sintesa peradaban. Karena "kebodohanlah" sebenarnya yang menjadikan diri kita serigala bagi orang lain. Hanya karena berbeda pandangan, pemikiran dan bahkan agama pertumpahan darah dan permusuhan selalu saja terjadi.

Membaca adalah cara termudah agar kita tidak terkungkung oleh pemikiran sempit, yang ditekankan kepada kita oleh lingkungan, oleh tokoh -tokoh agama yang seringkali salah menafsirkan ayat, oleh masyarakat, dan bahkan oleh negara.

Membaca akan membuat pikiran kita terbang dan melihat matriks kehidupan yang jauh lebih kompleks, mendalami pemikiran manusia lain yang kemungkinan jauh lebih pintar daripada kita atau jauh lebih bodoh daripada kita.

Membaca akan menambah pengertian kita, pengertian yang akan membuat kita lebih cerdas jika bacaan kita bermutu, dan setidaknya mengerti dan sedikit banyak memaklumi kebodohan manusia lain yang belum banyak membaca dan belajar.

Bacalah dan marilah terus belajar, karena sungguh manusia yang tidak membaca dan belajar adalah "jerangkong hidup" belaka.

Rabu, 22 April 2015

"SUDAHKAN KITA MENJADI KARTINI?"

Assiry gombal mukiyo, 12 April 2015


Jauh sebelum ada Raden Ajeng Kartini, ijinkan sedikit saya " ndobol" sejenak, bercerita dan berceloteh, bahwa ada seorang Ratu di nusantara ini yang tersembunyi dari sejarah Indonesia. Dialah Gayatri Istri Mahapatih Gajahmada.

Wanita adalah tiang negara"annisau imad al bilad.

Ungkapan bijak ini seolah menjadi pegangan Gayatri Sri Rajapatni, istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit dan ibu Ratu Tribhuwana. Bahkan bukan sekadar tiang, tapi juga sumber spirit kejayaan Majapahit. Wanita cantik, cerdas dan penuh kasih ini adalah inspirator tiap langkah Mahapatih Gajah Mada.

Gayatri Sri Rajapatni adalah anak Kertanegara raja terakhir Singhasari. Putri berdarah biru kelahiran Tumapel ini berparas cantik, berpikiran cerdas dan memiliki watak penuh kasih.Dia digambarkan mewarisi kecantikan Ken Dedes, nenek buyutnya yang memiliki kodrat rareswari, atau wanita maha cantik yang dapat menurunkan raja-raja.

Seperti sang nenek yang menjadi sumber inspirasi Singhasari, Gayatri Rajapatni juga menjadi sumber semangat Majapahit. Perempuan yang berada di balik kejayaan Majapahit. Gayatri menjadi sosok sentral yang membawa Majapahit menjadi imperium terbesar di Nusantara.Namun ironisnya keberadaannya hampir tak tersentuh kajian historis konvensional.

"Rumangsamu" tanpa Gayatri Gajahmada bisa sehebat itu. Sehinga Gajah Mada terkenal dengan sumpah palapanya yang bisa mempersatukan bumi nusantara. Gayatri memiliki pemikiran mendalam mengenai kerajaan Majapahit. Dia berhasil mendekati Gajah Mada dan memasukkan pemikiran-pemikirannya ke pemikiran Gajah Mada. Secara tidak langsung, Gayatri dan Gajah Mada lah sosok yang membesarkan Kerajaan Majapahit. Gayatri melalui pemikirannya dan Gajah Mada melalui tindakan dan eksekusinya. Mereka tidak terpisahkan satu sama lainnya secara substansi.

Tanpa Gayatri saya yakin Gajah Mada " loyo" tidak memiliki gairah apapun untuk ikut menentukan kejayaan Majapahit pada waktu itu. Sementara gajah Mada yang bersifat keras menjadi lembut dan bijaksana karena dibimbing Gayatri dengan penuh kesabaran. Alhasil, Gajah Mada mampu menjadi Mahapatih yang dipercaya dan bahu membahu dengan Ratu Tribhuwana serta Gayatri demi membangun Majapahit.

Saya tidak mengesampingkan begitu besarnya jasa RA.Kartini untuk bangsa ini. Tapi ingat, di negeri ini bukan hanya ada Kartini. Banyak juga perempuan -perempuan di kampung -kampung dan pelosok desa yang sangat perkasa dan mampu mem-perkasakan tanggung jawabnya lebih dari keperkasaan ( tanggung jawab: red) seorang suami.Jangan -jangan perempuan itu ada didekatmu sendiri. Yang tanpa sadar kita melupakan jasa -jasanya sebagai Kartini yang sesungguhnya.

Anda coba bayangkan, setiap hari dari pagi sampai sore mereka dipaksa keadaan untuk memasak mempersiapkan sarapan untuk keluarga, bersih -bersih pekarangan dan seluruh isi rumah, belum juga "netekin" anaknya sampai pulas tertidur. Tidak hanya berhenti disitu saja, terkadang anaknya diam tapi Bapaknya yang "rewel". Inilah pengorbanan Kartini -kartini dalam rumah tangga kecil kita.

Atau lihatlah Sosok renta Ibu kita sendiri. Sungguh Ibu kita adalah Kartini terbaik yang meng-emansipasi-kan pendidikan terbaik untuk kita, mempersiapkan diri kita sebagai anak yang kelak bisa" mikul dhuwur mendem jero" menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga.

Kita sibuk mengikuti berbagai lomba untuk memperingati hari Kartini, tapi kita lupa bahwa Kartini itu sangat dekat dalam keseharian kita.

 Sudahkah kita -meng-kartini-kan Perempuan terdekat kita yang begitu tulus memperjuangkan bukan saja soal "emansipasi" bahkan lebih dari itu.Kartini sebenarnya sudah tiada, tapi kartini ada dalam jiwa kita. Ketika kita mampu menjadi penerang bagi yang gelap, artinya kita bisa menaburkan cahaya kemanfaatan bagi sesama " khairu annas an fa'uhum li annasi".

Kita juga mampu menjadi peneduh, menjadi "oase" ketika kerontang disekitar kita. Intinya menjadi apa saja yang bisa membuat orang lain merdeka, aman dan tenteram akan keberadaanmu. Inilah substansi dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

Seperti yang pernah ditulis oleh RA.Kartini dalam bukunya "Habis gelap terbitlah terang" atau kalau boleh saya tafsirkan menjadi: Saat cahaya terang tiba maka sirnalah kegelapan. Ketika ilmu ( cahaya) itu hadir maka kebodohan ( kegelapan ) menjadi sirna.

Pesan RA. Kartini begitu singkat tapi sarat oleh makna.

MENJADI PELUKIS DAN KALIGRAFER BUKAN KARENA BAKAT

Assiry gombal mukiyo, 21 April 2015

Saya jadi teringat dengan salah satu Dosen Psikologi saya waktu "nggembel" sebutan saya waktu kuliyah dahulu. Sebut saja Dosen saya itu bernama Dr. Paidjan ( bukan nama sebenarnya). Beliau keukeuh dan mengajak berdebat dengan saya hanya karena menganggap belajar kaligrafi atau melukis itu harus berbakat. Saya katakan bahwa menjadi Pelukis atau Kaligrafer itu "ndak" usah pakai modal bakat.

Tapi beliau tetap "ngotot"  bahwa menjadi Pelukis dan Kaligrafer itu harus berbakat. Akhirnya endingnya saya tidak diluluskan/ dikasih nilai mata kuliahnya tersebut karena saya juga malas berangkat kuliah mengikuti mata kuliyahnya di ruang kelas.

Inilah resiko jika ketemu Dosen yang menurut saya maaf "culun" alias ndeso. Padahal saya sendiri juga ndeso.Seandainya anda dikaruniai body yang langsing, semlohay tinggi semampai, apakah otomatis anda berbakat menjadi foto model atau aktris ternama? Andaikata anda dikaruniai badan yang tegap dan rada sangar apakah itu berarti anda akan begitu mudahnya menjadi ABRI misalnya?

Jikalau anda dikaruniai otak yang cerdas dan jenius bak Habibi apa itu berarti anda akan mudah saja menjadi Teknokrat kelas dunia?

Kalau orang tua anda seorang Maestro Lukis seperti Raden Saleh apakah otomatis anda akan jadi Pelukis ngetop juga?

Kalau orang tua anda seorang ulama besar, apakah otomatis anda akan menjadi Kiyai? Terakhir, apakah seandainya orang tua anda seorang Milyunner apakah itu berarti anda akan langsung jadi pengusaha besar?
Jawabannya tentu tidak !.........

Apa yang Tuhan anugerahkan secara alami baik berupa talenta, otak cerdas atau lahir dari keluarga kaya, hanyalah sekedar potensi yang masih harus terus diasah dan dikembangkan terus- menerus. Potensi dan bakat itu tidak akan berarti apa -apa dan hanya menjadi sampah jika anda tidak melengkapinya dengan belajar, tekun, ulet serta kerja keras juga pantang menyerah.

Lha wong belajar Kaligrafi saja malas -malasan, tidak fokus baru beberapa bulan sudah "ngebet" pulang ingin nikah ya bagaimana mungkin anda meraih sesuatu itu jika setengah -setengah.

Satu hal yang sering kali saya sampaikan saat mengajar dihadapan kader -kader PSKQ Modern yaitu kunci sukses itu adalah "satu dulu yang harus didalami dan yang lainnya cukup dipelajari".

Artinya mempelajari sesuatu itu harus fokus dan menjalaninya dahulu dengan senang hati jangan sampai fokusmu pecah hanya karena kesibukan dan keinginan -keinginan lainnya yang akhirnya tumpang tindih. Nah ini juga bisa menjafi kendala terbesar sehingga akhirny anda gagal.

Cita -cita ingin jadi Pelukis tapi fokus yang dilukis cuma foto pacar, dikasih tugas berkarya tapi malas -malasan misalnya, ya bagaimana mungkin anda bisa meraih impian itu.Bukankah rumusnya tetap sama dari dulu dan setau saya tidak pernah berubah wahai para Dosen: 1% bakat, dan 99% kerja keras. Tidak pernah dibalik dan jangan coba dibolak -balik.

Katakanlah anda ingin jadi penyanyi terkenal. Meskipun memiliki suara yang luar biasa bagusnya, namun anda dituntut kerja keras. Celine Dion misalnya diminta mengulang proses rekaman lagunya sampai 9x oleh David Foster. Anda juga harus menemukan karakter suara yang sesuai dg jenis lagu. Anda harus bisa bekerjasama dengan banyak pihak: musisi band pengiring, produser, pengatur busana, tata rias, manajer sampai meladeni penggemar. Suara indah tidak lagi menjadi satu-satunya alat ukur kesuksesan. Hal yang sama juga berlaku kalau anda mau jadi ilmuwan kelas dunia, pengusaha tersohor ataupun profesi lainnya.
Tidak ada jalan pintas. Dan 1% bakat atau potensi yg anda miliki itu pada akhirnya tertimbun oleh butiran peluh, berbagai penolakan dan kekecewaan serta caci-maki dan penghinaan yang bertubi-tubi.
Mereka yang tidak sanggup menanggung perihnya kegagalan tidak akan pernah menikmati lezatnya keberhasilan.

Untuk menjadi Kaligrafer dan Pengusaha kecil -kecilan saja, saya harus menguras peluh, prihatin, jarang tidur malam, juga berdoa dan puasa bertahun -tahun. Saya belajar kaligrafi dengan mengabdi ( khidmah)  dari Guru satu ke Guru Kaligrafi yang lainnya maklum karena keterbatasan ekonomi keluarga saya tapi tidak menyurutkan niat dan langkah saya untuk menggapai bintang kejora kesuksesan. Tercatat Saya belajar Kaligrafi siang malam di Grista Annur saja 3 tahun, kemudian di LEMKA juga 3 tahun, ditambah Khidmah 3 tahun lagi sambil mengajar.

Setelah itu belajar melukis dan proyek Seni di lapangan dengan Kakak kandung Saya Mas Rosidi hanya dengan modal tekat merubah nasib, itu belum termasuk belajar kepada Guru -Guru Kaligrafi , dan guru saya yang mengajarkan ilmu selain seni.

Satu lagi, anda juga membutuhkan keberuntungan. Keberuntungan di sini artinya adalah "momen saat bertemunya kualifikasi dan peluang". Mereka yang sukses biasanya mereka yang berkualitas dan memanfaatkan peluang serta kesempatan yang ada sebaik mungkin.Tentu yang paling penting adalah belajar apa saja.

Untuk jadi Artis saja tidak cukup hanya bisa "nyanyi". Kalau cuma itu yang diandalkan oleh seorang artis sudah barang tentu akan tergerus persaingan yang ketat dan akhirny tersingkir.

Begitupun juga saya sering berujar kepada Santri -Santri PSKQ Modern. Bahwa untuk menjadi Kaligrafer jangan hanya bisa kaligrafi hitam putih saja yang dikuasai tapi juga harus bisa kaligrafi dan melukis dengan multi teknik dan media apapun. Tidak lupa juga ilmu penunjang lainnya seperti marketing, Managerial, bahasa asing, ilmu bisnis dan pemasaran dan lain sebagainya.

Senin, 20 April 2015

SEDEKAH

Assiry gombal mukiyo, 22 April 2015

Sedekah itu tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Sedekah itu hubungannya adalah berbagi rizki.
Anda punya uang 100 ribu, anda berikan ke orang lain 30 ribu, bagian anda 70 ribu. Kalau anda berharap 30 ribu itu berlipat ganda menjadi 300 ribu, itu bukan sedekah namanya, itu berdagang. Dihadapan Allah rizki kita yang sesungguhnya adalah rizki yang kita bagikan untuk sesama dijalan Allah.

Sedekah menurut saya itu seperti "beol". Filosofinya adalah ketika kita makan endingnya pasti beol. Sama halnya dengan ketika Allah melimpahkan kepada kita entah nikmat yang berupa materi maupun non materi tentu kita harus "membeolkannya". Artinya kita tidak hanya sekadar mensyukurinya ( Syukr bi al lisan) tapi juga (Syukr bi al arkan) dengan cara berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Bayangkan jika setiap hari anda makan tapi "ndak" membeolkannya. Itulah essensi sedekah yang sesungguhnya.

Nasionalisme pun secara filosofis sudah dicontohkan oleh para leluhur, para pendahulu bangsa semenjak penjajahan seperti ritual sedekah bumi, sedekah laut. Terlepas dari persoalan syirik/musyrik’, inikan hanya penilaian subyektifitas semata, karena saya tidak tahu hati orang sehingga tidak bisa asal menuduh syirik.
Sedekah bumi dan sedekah laut itu adalah wujud syukur atas bumi dan laut yang dianugerahkan Allah kepada Bangsa Indonesia. Sedekah bumi itu sebagai bentuk handar beni, perasaan yang bukan saja memiliki tapi juga mencintai negeri ini.

Satu teladan yang oleh Saudara Marhawi salah satu Santri PSKQ Modern angkatan 2014/2015. Dia telah "membeolkan" kelebihan rizkinya dengan memborong buku yang bernilai satu juta lebih untuk diinfaqkan ke Perpustakaan PSKQ Modern.

Tentu Saudara Marhawi sangat ikhlas "beol" dan tidak mungkin mengorek atau berharap beolny itu diganti oleh Allah.Tanpa diminta saya yakin Allah menjadikan Saudara Marhawi sebagai samudera ilmu yang siapapun saja kelak bisa mereguk ilmunya. Dengan menginfaqkan puluhan buku agar bisa dibaca orang lain itu sama saja dia menabung ilmu yang bisa saja Allah mengganti buku-buku itu menjadi "samudera ilmu" yang Allah anugerahkan lautan ilmu kepadanya ( ladunni). Itu hak prerogratif Allah bagi siapapun saja yang dikehendakiNya.

Jika kita menanam sudah pasti kita menuainya. Apa yang kita tanam itulah yang kelak kita nikmati. Jika menanam keburukan sudah barang tentu hidup yang tidak bahagia, tidak nyaman dan tidak tenang yang pasti kita panen.

Tidak perlu kita tanyakan lagi apakah yang ditanam oleh Saudara Marhawi kelak akan berbuah atau tidak.
Saya melihat barisan para Malaikat yang putih bercahaya memberikan limpahan kemanfaatan Kepada Saudara Marhawi dan juga kepada siapapun yang berkunjung ke Perpustakaan mini PSKQ Modern untuk mengkaji ilmu dan mengamalkannya.

Illustrasi:
Puluhan buku yang diinfaqkan Saudara Marhawi bin Bahruddin Ketapang, Kalimantan Barat.Semoga bermanfaat dan melahirkan berjuta -juta ilmu dan hikmah.

Jumat, 17 April 2015

TUKANG BECAK YANG DERMAWAN

Assiry gombal mukiyo, 18 April 2015

Dalam konsep islam kita mengenal bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah " yad al 'ulya khairun min yad assufla".

Kita cenderung menjalankan islam setengah-setengah hanya memburu ritualnya saja, bikin pengajian dimana-mana, sarasehan, dialog keagamaan dll, tapi ada hal yang lebih penting dari itu semua adalah bahwa agama bukan hanya ibadah ritual ( saleh individual)  tapi juga harus bisa mengejawantahkan ajaran agama menjadi pribadi yang bisa berbagi untuk sesama ( saleh sosial).

Saya menitikkan air mata ketika ada seorang penarik becak miskin yang bukan seorang Muslim justru mampu menyekolahkan 300 anak miskin dikampungnya. Sebut saja "Bai Fang Li". Masih harum hingga saat ini di negeri Tianjin, China. Dia adalah si penarik becak yang dikenal mempunyai hati emas. Cerita kebaikan Fang Li tersohor hingga kini meski itu telah terjadi 1987 silam.

Semula Bai adalah pensiunan yang sengaja pulang ke kampungnya. Suatu kali dia melihat banyak anak-anak miskin yang bekerja di ladang dan sawah.

Dia bertanya kenapa anaknya yaitu Bai Jin Feng"  kenapa banyak anak-anak tidak sekolah didini?". Bai jin Feng kemudian menjawab  "Mereka terlalu miskin untuk membayar uang sekolah".

Setelah itu Bai khawatir dan menyumbangkan uang 5000 yuan untuk sekolah di kampung halamannya itu.
Bai masih merasa tidak cukup untuk membantu anak-anak itu sampai akhirnya dia memutuskan menjadi penarik becak di umurnya yang sudah 74 tahun. 

Anak-anaknya mengingatkan agar Bai tidak menarik becak apalagi pendengarannya sudah berkurang, nasehat anaknya Bai acuhkan.

Selama mungkin Bai mangkal di pinggir rel untuk menanti penumpangnya. Dia selalu berangkat subuh dan pulang saat sudah gelap lagi. Dia mengumpulkan 20 sampai 30 yuan perhari. Saat pulang ke rumah dia simpan uang itu baik-baik.

Kemudian, untuk memperbesar usahanya, memenuhi kebutuhan anak asuhnya, Bai pindah ke rumah yang hanya mempunyai satu ruang. Rumah tersebut berada di pinggir rel yang memungkinkan dia melayani penumpang selama 24 jam. Kesungguhannya makin besar, dia hanya makan makanan seadanya dan memakai baju bekas yang dia temukan. 

Dia tidak pernah lupa untuk memberi uang ke sekolah bahkan mengomeli anak -anak yang dibiayainya agar benar-benar menyampaikan uangnya ke sekolah.

Suatu hari, di umurnya yang hampir 90 tahun, dengan badannya yang kian ringkih, Bai datang ke sekolah Tianjin Yao Hua untuk menyerahkan sekotak uang terakhir yang bisa dia kumpulkan. 

"Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi" kata Bai lirih. "Saya tidak dapat menyumbang lagi" sambil gemetar sambil menyodorkan sisa uangnya. "Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan," ucap dia sedih.

"Saya harap anak-anak bisa terus sekolah yang rajin dan bisa dapatkan pekerjaan lalu berkontribusi kepada negara kita" pesan Bai.

Pesan Bai ini pun disambut riuh gemuruh tangisan histeris anak-anak asuh Bai. Di tahun 2005, Bai benar-benar meninggalkan 300 anak asuh yang dia biayai selama dua dekade. Bai didiagnosa menderita kanker paru-paru. Sampai akhir hidupnya Bai terhitung telah menyumbangkan 350 ribu Yuan atau sekitar Rp 500 juta.

Sungguh mulia kisah Bai ini. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk peduli kepada sesama meskipun dalam kondisi yang penuh keterbatasan.

Rabu, 15 April 2015

SEJARAH LAHIRNYA KALIGRAFI ISLAM

Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015

Al Qur'an selalu memainkan peranan utama dalam perkembangan tulisan Arab. Keperluan untuk merakam al-Qur'an memaksa memperbaharui tulisan mereka dan memperindahnya sehingga ia pantas menjadi wahyu Ilahi. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dengan perantaraan malaikat Jibril. Baginda menerima wahyu dan menyiarkannya sampai wafat pada tahun 632 M, sesudah itu wahyu tidak turun lagi dan penyebarannya dari orang mukmin yang satu kepada yang lain secara lisan oleh para Huffaz (mereka yang hafal al-Qur'an dan dapat membaca dalam hati).

Pada tahun 633, tidak sedikit huffaz ini terbunuh dalam peperangan yang timbul setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan kepada kaum Muslimin, khususnya Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah pertama Abu Bakar supaya mengerjakan penulisan al-Qur'an.

Kemudian juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun "suhuf" Al Quran  dan mengumpulkannya kedalam sebuah kitab, yang kemudian ditetapkan oleh Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini kemudian disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dan dikirim ke wilayah-wilayah Islam yang penting untuk digunakan sebagai naskah kitab yang baku.

Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran tu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.

Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.

Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu bangkit setelah dihancurkan sedemikian rupa. Bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kejam dan kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.

Ghazan menjadi seorang Muslim yang terpelajar, teguh dan membaktikan sebagian besar hidupnya demi kebesaran Islam dan kebangkitan kembali kebudayaannya. Dia memberikan dorongan yang amat besar terhadap seni Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku.

Tradisi ini dilanjutkan oleh saudara dan penggantinya Uljaytu (1306-16), yang pemerintahannya berlimpah dengan kebesaran seni dan kemajuan sastra. Dia beruntung memiliki menteri dua tokoh yang berpikiran terang, Rashid al-Din dan Sa'd al-Din, yang mendorong dia melindungi kaum terpelajar, para seniman dan ahli kaligrafi.

Di bawah kekuasaannya, seni kaligrafi dan penerangan Il-Khan itu mencapai puncaknya, sebagaimana dapat dilihat dari salinan al-Quran yang sangat indah dalam tulisan Rayhani yang ditulis atas perintah Uljaytu dan disalin serta diulang kembali pada tahun 1313 oleh Abd Allah ibn Muhammad al-Hamadani.

Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal dinasti Il-Khan, yang dibimbing oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi, yang meninggalkan untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Muhaqqaq tahun 1304. Yaqut menarik perhatian sejumlah besar muridnya, tidak hanya karena berusaha menyainginya namun juga bangga menghadiahkan karya mereka kepadanya; yang menolong mengabadikan kemasyurannya.

Uljaytu diikuti oleh putranya, Abu Sa'id (1316-34), yang ketika berkuasa, kemerosotan politik mulai berlangsung. Tetapi kehidupan budaya memuncak, termasuk seni kaligrafi, walaupun tidak berlangsung lama. Kemajuan ini khususnya karena sebagian besar murid Yaqut tumbuh pada masa ini. Di antara mereka yang menjadi pendekar kaligrafi yang mandiri, melengkapi pendekar yang baru kita sebut, adalah Mubarak Shah al-Qutb (w.1311), Sayyii Haydar (w. 1325), Mubarak Shah al-Suyufi (w. 1334), Abd Allah al-Sayrafi (w. 1338) yang meninggalkan untuk kita sebuah kaligrafi yang indah ditandatangani sekitar tahun 1323, juga Abd Allah Arghun (w. 1341) da. Yahya I-Jamali I-Sufi.

Untungnya al-Sufi meninggalkan kepada kita sebuah salinan aI-Quran yang indah dalam tulisan emas Muhaqqaq dengan huruf hidup biru, berangka tahun 1345, sebagai monumen bagi keahliannya di bidang seni kaligrafi.

Tokoh lain adalah Muhammad ibn Yusuf al-Abari, yang meninggalka untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Thuluth yang mendekati tulisan Rayhani, yang cukup menarik perhatian.

Dinasti Il-Khan bertahan sampai akhir abad ke-14, kemudian digantikan oleh dinasti Timurid, yang didirikan oleh Timur yang agung, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Tamerlane (w. 1405). Meskipun dia dikenal dunia karen kejahatannya sebagai penguasa besar yang lalim, tetapi dalam hidupnya dikemudiari hari setelah memeluk Islam dia sering mengumpulkan para seniman terbaik, terpelajar, pelukis dan para ahli kaligrafi di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya, dan membawa mereka ke ibukota, Samarkand.

Timurid memberikan perhatian istimewa terhadap seni kaligrafi, dan secara langsung bertanggungjawab atas terciptanya gaya baru penulisan al Qur'an yang sesudah wafatnya disebut menurut namanya, dan menggantikan gaya dinasti Il-Khanid Mongol yang awal.Berbeda dengan gaya Il-Khanid, yg mencapai kemegahan dengan salinan al-Quran besar dalam tulisan monumental yang berpola megah dan geometris, gaya Timurid bertujuan menciptakan keseimbangan antara keindahan dan kemegahan dengan memadukan penulisan huruf yang jelas dalam kitab al-Qur'an besar dengan pola tumbuhan yang sungguh indah, mempesona, lembut pewarnaannya, terpadu dengan tulisan ornamental Kufi Timur yang begitu indah sehingga hampir tak ketara.

Untuk pemakaian tulisan besar, tulisan Rayhanilah yang dipilih secara tetap, dan keindahannya ditonjolkan dengan penulisan huruf hidupnya yang menggunakan pena yang 1ebih bagus dari pena biasa. Tulisan naskhi dipakai untuk halaman yang kurang lebar, namun memberikan kejelasan dan kemurnian garis yang lebih besar yang kemudian mempengaruhi Ta-liq Persia dan Naskhi India.

Walaupun praktek pemakaian bermacam gaya dan ukuran tulisan yang berbeda pada halaman yang sama mengulangi praktek yang berlaku di masa Ibn Muqlah, mungkin gaya Timur lenglah yang pertama kali memperluas pemakaiannya untuk penulisan al-Qur'an.

Sifat dan ciri tulisan masa Timur lengkhususnya tercermin sekali dalam kitab-kitab al-Qur'an besar, di antaranya adalah salinan paling besar yang pernah dihasillkan. Sebuah anekdot menarik yang menceritakan kecintaan Timurid kepada al-Qur'an besar adalah kisah 'Umar Aqta', orang yang diperintahkan Timur Leng menulis kitab al-Qur'an. Umar akhirnya mempersembahkan salinan al-Qur'an kepada Timur Leng dalam tulisan Ghubar, salinan itu sekecil cincin stempel.

Timur Leng menerima persembahan ini dengan sikap menghina oleh karena ukurannya yang kecil; sedang Umar meminta kembali al-Qur'an kecil itu tanpa rasa takut dan menyalin al-Qur'an lain dalam tulisan Tumar, tiap halaman hampir satu meter ukurannyaj dan oeh karena itu dia mendapatkan hadiah besar.Tradisi kaligrafi murni ini dilanjutkan oleh pengganti Timur Leng. Putranya, Shah Rukh (1405-47), adalah seorang Muslim taat yang menghargai kaligrafi sedemikian tinggi dan dialah yang memerintahkan penyalinan banyak kitab al Quran yang indah. Dia juga memiliki seorang putra yang sangat ahli di bidang ini. Salah satu dari sejumlah al-Qur'an dari masa pemerintahannya yang ada sekarang adalah buah tangan ahli kaligrafi Timurid terkemuka Muhammad al Tughra'i, disalin tahun 1408 dalam tulisan Muhaqqaq emas.Putra Shah Rukh, Ibrahim Sultan, menjadi salah seorang ahli kaligrafi terkemuka pada masa itu, spt terlihat dari al-Qur'an yang dia salin dalam tulisan Rayhani emas pada thn 1431. Putra Shah Rukh yag lain, Baysunghur (w. 1433) adalah tokoh budaya yang berbakat pada masa Timurid dan setaraf kedudukannya di antara para kolektor buku tingkat dunia.

Sepanjang hidupnya dia mengayomi seni dan pengkajian ilmu, menghimpun banyak seniman, ahli kaligrafi, penjulid buku & pelukis yang mengembangkan gaya yang indah dari produksi buku madzab Timurid, menonjol karena salinan al-Qur'annya yang indah dan berjilid-jilid ,salinan epik Persia yang mempesona, dengan lukisan miniatur dan hiasan lain yg bagus.

Pencinta buku lain adalah Sultan Husayn (w. 1506), yang dari istananya di Herrat lahir salinan-salinan al-Qur'an dalam gaya Timurid yang sangat indah. Antara para ahli kaligarafi hebat zaman Timurid yang paling berbakat, sebagai tambahan bagi nama-nama yang dah disebutkan, adalah Abd Allah ibn Mir Ali, Ja'far al-Tabrizi, Muhammad Mu'min ibn 'Abd Allah, Abd Allah al-Tabbakh & muridnya, Abd al-Haqq al-Sabzawari.

Kekhalifahan Mameluk, yang menegakkan dinastinya (1250-1517) terutama di Mesir dan Siria, memerintah untuk menyelamatkan wilayah Dar aI-Islam mereka dari kehancuranyang melanda provinsi-provinsi Timur, sehingga kelanjutan kehidupan budaya terpelihara. Apresiasi mereka yang tinggi terhadap seni Islam secara umum membuat mereka jadi pelindung seni kaligrafi hiasan al Quranan yang sangat gairah, yang memuncak hingga mencapai tingkat yang paling tinggi, menyaingi pencapaian dinasti Il-Khanid di Timur.

Malahan, sampaii sekarang pun banyak salinan al-Qur'an peninggalan dinasti Mameluk dipandang sebagai puncak karya kaligrafi yang tak pernah tertandingi.Sultan besar dinasti Mameluk yang pertama adalah Rukh al-Din Baybars I (1260-77). yang tersohor baik dalam peperangan maupun dalam perdamaian, dan pelindung besar seni. Baybars diikuti oleh sederet panjang sultan Mameluk, yang paling besar adalah Qalawun (1279-90) dan putranya, aI-Nasir, yang memerintah dalam tiga masa antara 1293 dan 1340, al-Ashraf (1363-76) dan Barquq (1387-98).

Untungnya sejumlah salinan al-Qur'an zaman Mameluk yang terpandang sampai kepada kita. Ahli kaligrafi terbesar zaman Mameluk adalah Muhammad ibn al-Wahid, yang meninggalkan kepada kita salinan al-Qur'an yang unik dalam tulisan Thuluth, yang telah disinggung, disalin pada tahun 1304 untuk seorang pejabat tinggi Baybar, yang kemudian menjadi Sultan Baybar II (1308-09).

Tiga ahli kaligrafi yang tumbuh pada masa panjang pemerintahan aI-Nasir, dan meninggalkan kepada kita contoh karya sebagai bukti keahliannya yang hebat dalam kaligrafi, adalah Muhamad ibn Sulaiman al-Muhsini, Ahmad ibn Muhammad aI-Ansari dan Ibrahim ibn Muhammad al-Khabbaz. Abd aI-Rahman ibn al-Sayigh tersohor karena menyalin dalam tulisan Muhaqqaq kitab al-Qur'an yang dikenal paling besar dari zaman Mameluk, yang panjangnya lebih dari dua meter, dibuat hanya dengan menggunakan pena bambu dan ditulis dalam waktu singkat, enam puluh hari.

Al Qur'an ini, dengan hiasan yang mengagungkan, dibuat pada tahun 1397 untuk Sultan Barquq, yang setelah dia kekuasaan dinasti Mameluk mulai merosot. Sekalipun demikian, ukuran kaligrafi yang sangat tinggi tetap dipertahankan selama hampir satu abad kemudian, seperti dapat dilihat dari sebuah Qur'an lebar yang disiapkan untuk al-Malik al-Ashraf pada tahun 1496 oleh Shahin al-Inbitani, yang menyalinnya dalam tulisan Naskhi besar.Masa dinasti Mameluk adalah masa kemajuan kebudayaan yang luar biasa, dan para ahli umumnya sepakat bahwa kaligrafi Arab mencapai puncak kesempurnaannya di Mesir dan Siria pada abad pertama pemerintahan dinasti Mameluk. Sementara pandangan ini benar bagi seni kaligrafi dan hiasan al¬Qur'an zaman Mameluk, kemajuan itu juga tercermin dalam penggunaan bahan kaligrafi seperti logam, kaca, gading, kain, kayu dan batu.

Penggunaan kaligrafi yang luas ini, yang menarik perhatian karena cakupan dan bobotnya, membangkitkan lahirnya gaya Thuluth dan Naskhi khusus, yang selalu dikaitkan dengan masa ini.

Kemunduran dinasti Timurid, yang berlangsung sedemikian cepat menjelang abad ke-15, memberi peluang dinasti Safawi muncul di bawah pemimpin mereka yang energetik yang kemudian memperoleh gelar Shah Isma'il (1502-24). Dinasti Safawi yang bertahan sampai tahun 1736 adalah dinasti yang paling lama dan jaya yang memerintah Persia dan Iraq. Sekalipun selalu timbul pertentangan dengan musuh-musuhnya, namun dinasti Safawi berhasil antara kehidupan budaya Persia ke era baru, yang berpengaruh langsung kepada perkembangan seni Islam, tidak hanya dalam wilayah mereka, namun juga di wilayah kerajaan musuh mereka dinasti Usmaniyyah.

Perkembangan kaligrafi yang benar-benar penting terjadi pada masa kekuasaan Shah Isma'il dan penggantinya, Shah Tahmasp (1524-76). Di bawah dorongan merekalah tulisan Ta'liq dirumuskan dan dikembangkan menjadi tulisan yang digunakan penduduk negeri secara luas, yang kemudian mengarah ke perkembangan tulisan Nasta'liq.

Dari sudut luas pemakaiannya di kalangan bangsa Persia, Urdu dan yang berbahasa Turki, dan sumbangan penting mereka terhadap kaligrafi Islam pada umumnya, dua tulisan yang masih agak muda ini terangkat kedudukannya menjadi tulisan utama.

Tulisan Ta'liq (gantung), menurut beberapa sumber Arab, dikembangkan oleh orang Persia dari tulisan Arab awal yang kurang dikenal, Firamuz, suatu bentuk tulisan kursif yang sederhana yang dipakai sampai awal abad ke-9. Sekalipun demikian orang memandang bahwa tulisan Ta'Iiq bisa berkembang menjadi tulisan yang pasti setelah ditemukannya tulisan Riyasi pada abad ke-9.Perkembangannya khususnya dipengaruhi oleh tulisan Riqa' dan Ta'Yqi, sedikit banyak penyimpangannya dihubungkan langsung dengan dua tulisan ini oleh berapa sumber Persia, dan menganggap penemunya adalah Taj-i Salmani, seorang ahli kaligrafi dari Isfahan yang tidak begitu dikenal. Sekalipun demikian, ahlii kaligrafi Abd al-Hayy dari kota Astarabad yang tampaknya telah memainkan peranan lebih penting dalam perkembangannya awal. Dia didorong oleh pengayomnya, Shah Isma'il, untuk meletakkan aturan-aturan dasar tulisan Ta'liq, dan tidak saja mempopulerkan tulisan Ta'liq di kalangan orang Persia, Turki & India.

Para ahli kaligrafi Persia segera mengembangkan dari tulisan Ta'liq ke suatu ragam yang lebih terang dan indah, kemudian dikenal sebagai Nasta'liq, walau pun mereka terus memakai tulisan Ta'liq untuk naskah monumental dan peristiwa-peristiwa penting. Para ahli kaligrafi Turki, di lain hal, selama jangka waktu yang lama tetap mematuhi aturan-aturan dasar Ta'liq awal. Juga setelah enyerap banyak perubahan yang ditimbulkan oleh tulisan Nasta'liq, yang mereka terima sebagai perbaikan, orang Turki tetap mempertahankan nama Ta'liq untuk gaya itu.

Tulisan Nasta'liq (tersusun dad nama Naskh dan Ta'liq) harus dipandang sebagai suatu ragam gaya Ta'liq yang dikembangkan di akhir abad ke-15 oleh org Persia, dan menjadi tulisan Nasional mereka. Semua sumber penting sepakat bahwa ahli kaligrafi Persia Mir Ali Sultan al- Tabrizi (w. 1416) adalah pembangun tulisan ini dan berjasa merancang aturan-aturannya yang kompleks.

Menurut legenda, Mir Ali, sebagai seorang Muslim yang taat, rajin sembahyang seraya memohon diberi keahlian dalam menciptakan gaya kaligrafi baru yang indah. Imam Ali, sepupu Nabi dan Khalifah keempat, kepada siapa semua ahli kaligrafi Islam menghubungkan silsilahnya, muncul kepadanya dalam mimpi menyarankan kepadanya agar mempelajari burung tertentu. Segera sesudah itu di dalam mimpinya dia dikunjungi oleh burung meliwis yang terbang, dan bentuk sayap burung itulah yang mengilhami model huruf-hurufnya.

Legenda mengenai garis tebal dan jelas tulisan Nasta'liq dan lengkungan bulatnya g sempurna diilhami oleh seekor burung yang sedang terbang. Kejelasan kemurnian geometrisnya secara terpadu memberikan kepada tulisan sra'liq keindahan yang tampak secara sepintas bertentangan dengan aturannya yang sangat rumit dan ketat dalam penerapannya.Ada ciri umum tertentu di dalam tulisan Ta'liq, Nasta'liq dan Riqa'. Di atrnya adalah kenisbian tinggi ujungnya, Asnan (gigi), pada garis horisontal huruf tertentu seperti s dan sh, yang kerap mengisi pusat kelukan sebagian huruf, dan ujung dari sebagian besar huruf yang tidak berhubungan sangat tipis dan garis-garisnya runcing.

Ciri umum lain adalah bahwa lengkungan ciptakan perbedaan yang menyolok dalam lebar garisnya, yang berubah tiba-tiba dari garis sangat besar ke garis paling tipis yang digores dengan pena yang sarna.
Pada masa kekuasaan Shab Tahmasp (1524-76), tulisan Nasta'liq menggantikan tulisan Naskhi, dan menjadi tulisan yang biasa digunakan untuk menyalin antologi, epik dan karya sastra Persia yang lain. Semenjak pemerintahan Shah Abbas (1588-1629) yang agung ia dipakai untuk sebagian dr penulisan naskah keduniawiaan Persia, khususnya naskah yang dihiasi lukisan miniatur.

Walaupun ia sedikit sekali digunakan oleh bangsa-bangsa yang lain, ia memiliki pengaruh besar atas perkembangan seni kaligrafi mereka secara umum dan pada tulisan Naskhi pada khususnya. Baik para ahli kaligrafi Arab maupun Turki di lingkungan kekhalifahan Usmaniyyah, mengembangkan gaya campuran baru dari tulisan naskhi kecil yang mirip tulisan yang secara sederhana disebut tulisan Naskhi Usmaniyyah, dan yang kerap dipakai utk menulis dan menyalin hasil-hasil karya sastra yang melimpah pd masa itu.Tulisan Ta'liq dan Nasta'liq jarang dipakai untuk penyalinan al-Qur'an, & sejauh yang dikenal, hanya satu al-Qur'an besar ditulis dalam tulisan Nasta'liq. Salinan yang luar biasa indah ini, ditulis untuk Shah Tahmasp oleh Shah Mahmud al-Nishaburi dalam tahun 1539, membuktikan kejernihan kekuatan dan keindahan puncak yang dicapai oleh tulisan Nasta'liq.

Seolah-olah untuk membebaskan kejanggalan tulisan Nasta'liq dari kelompok huruf Qur'ani yang berpengaruh, dinasti Safawi berusaha menempatkan perannya dalam seni kaligrafi dan hias al-Qur'an periode ini memiliki ciri halaman khusus yang dibedakan dalam dua atau lebih pembagiar. yang terdiri dari huruf-huruf yang ukurannya sangat berbeda. Kerap pembagian ini sampai tujuh banyaknya, dengan bentuk vertikal yang dipakai untuk maksud hiasan yang menambah kekayaan hiasan yang telah ada.

Mir' 'Ali al- Tabrizi diikuti oleh sederet panjang ahli kaligrafi Muslim yang mengesankan, terutama ahli-ahli Persia, yang telah meninggalkan kepada kita contoh kaligrafi Nasta'liq yang berlimpah ruah. Di antara pendekar-pendekar awal tulisan ini yang perlu dibicarakan secara khusus adalah Abd al-Rahman al-Khawarizmi, seorang pelopor abad ke-15 yang mencapai kedudukan sangat tinggi. Dia diikuti dan disaingi oleh dua orang putranya, Abd al-Rahim Anisi dan Abd al-Karim Padshah.

Pemerintahan Shah Abbas yang agung di mana kebudayaan Persia mencapai puncak perkembangannya yang baru, juga merupakan zaman keemasan bagi tulisan Nasta'liq. Ia menghasilkan sejumlah besar pendekar kaligrafi, paling terkemuka di antaranya adalah Qasim Shadi, Shah Kabir ibn Uways al-Ardabili, Kamal aI-Din Hirati, Ghiyath aI-Din al-Isfahani; yang terakhir dan mungkin paling besar dari generasi ahli kaligrafi Persia ini adalah Imad al-Din al-Husayni.

Kehormatan yang dinikmati oleh para pendekar kaligrafi ini bisa digambarkan dengan anekdot bersejarah mengenai 'Imad al-Din, yang kedudukan sosialnya begitu tinggi sehingga dia berani menghina tawaran pengayoman dari Shah Abbas, dan menolak permintaannya untuk membuatkan salinan epik Persia, Shanamah karangan Firdausi.

Shah mengirim uang sedikit sebagai uang muka pesanannya pada tahun 1615, memeriksa buku itu setelah terlupa hampir setahun, tetapi Imad ai-Din menjawabnya dengan mengirimkan beberapa bab dari halaman pertama buku, yang menurut anggapannya cukup untuk mengimbangi pembayaran dari Shah. Ini membuat murka Shah' Abbas sehingga dia tak bisa memaafkan Imad al-Din, dan segera setelah itu mengirim si ahli kaligrafi ini ke akhirat.Kaligrafi Arab berkembang di India dan Afghanistan mengikuti garis yang jauh lebih tradisional. Sebuah tulisan kursif minor disebut tulisan Behari muncul di India pada abad ke-14, yang ciri utamanya adalah garis-garisnya lebar, tebal dan horisontal memanjang, yang sangat berlawanan dengan garis vertikalnya yang kecil dan mempesona.

Huruf-hurufnya mempunyai kerenggangan yang cukup baik dengan kembangan berupa lengkungan yang terbuka dan mudah dilafalkan, dan kerap ditulis dengan warna yang aneka ragam, terutama hitam dengan emas, merah dan biru.

Sekalipun lekuknya jelas, namun tulisan ini!, memiliki persenyawaan dengan tulisan yang lebih menyudut yang dikembangkan di Herat Pada awal abad ke-14 sebagai kebangkitan kembali huruf Kufi baku yang kaku, dan kita bisa menyebutnya Kufi-Herat. Tulisan ini, yang dipakai di Afghanistan juga mempengaruhi perkembangan tulisan Siyaqat dinasti Usmaniyyah yang akan diuraikan di bawah ini.

Berjuta-juta Muslim Cina yang memakai tulisan Arab, setidak-tidaknya untuk tujuan pengajian agama, biasanya mengambil gaya kaligrafi yang dewasa itu berkembang di Afghanistan, dengan sedikit perubahan. Dengan tambahan mereka lambat laun mengembangkan tulisan khusus yang disebut tulisan Sinii (Cina) dengan garis yang sangat indah dan bulatan besar, kebanyakan dipakai pada keramik dan tembikar Cina.
Gaya ornamental yang sebenarnya berasal dari tulisan Sini, dengan mempertahankan kebulatannya, namun mudah dibedakan dengan garis-garis vertikalnya yang sangat tebal dan hampir segi tiga dibandingkan dengan garis-garis horisontalnya yang tipis.

Secara keseluruhan, ahli kaligrafi di India maupun Afghanistan secara langsung dipengaruhi oleh ahli kaiigrafi Persia. Kaum Muslimin India mengambil tulisan Nasta'liq sebagai tulisan nasional dan memakainya untuk tulisan Urdu. Namun di Afghanistan dan bagian-bagian tertentu anak benua India, tulisan Naskhi yang sedikit mengalami perkembangan terus dipakai. Ciri utama yg bisa diistilahkan sebagai tulisan Naskhi India, terletak pada huruf2nya yang lebih berat, tebal dan lebih renggang jaraknya. Lengkungannya hampir sepenuhnya bulat, memberikan kepadanya kekukuhan yang tidak terdapat pada tulisan Naskhi yang lazim.Tulisan Thuluth berkembang sepanjang garis yang sama, dan karenanya ia disebut sebagai Thuluth India. Perkembangan sepenuhnya dikukuhkan di bawah dinasti Mongol (1526-1857) yang memerintah India dan Afghanistan.
Kaligrafi khususnya dijunjung tinggi oleh kaiar Mongol, Babur (w. 1530), Akbar (1556-1605) dan Jahangir (1605-28). Nama yang terakhir ini sangat mengagumi dan memperhatikan karya kaligrafi Imad al-Din al-Husayni, sehingga dia akan membayar tinggi kepada orang yang mempersembahkan contoh hasil tangan ahli kaligrafi besar Persia ini.

Dinasti Usmaniyyah, yang memperoleh nama dari pendirinya, terhitung sejak abad ke-14 awal, namun kerajaannya tidak sepenuhnya mapan sampai mereka menaklukkan dinasti Mameluk pada tahun 1517, dan mewarisi wilayah mereka di Siria, Mesir dan Arabia. Segera setelah itu, mereka mampu menyatukan seluruh dunia Arab ke dalam kerajaannya.

lni mengakhiri lembaran kejaiayaan kaligrafi Mameluk dan membuka sebuah kaligrafi baru dan mungkin yang terakhir dalam sejarah kaligrafi Islam. 0leh karena itu dari masa ini sampai akhir, sejarah seni Islam terkait dengan dinasti Usmaniyyah Turki. Ini juga berlaku pada seni kaligrafi, yang oleh dinasti Usmaniyyah dipadukan dan digerakkan agar berkembang dengan kegairahan dan imaginasi yang luas biasa.

Mereka menjadi tersohor karena kecintaannya terhadap kaligrafi, dan tanpa terpengaruh oleh pertikaian dengan musuh bebuyutan mereka di Persia mereka tetap mengagumi tradisi kaligrafi Persia dan memberlakukan tulisan Ta'liq ke dalam bahasa mereka. Hubungan yang rapat ini meluas ke bidang seni kaligrafi, tulisan buku dan penjlidan sehingga dengan peristiwa itu sangatlah sukar dikatakan dengan pasti apakah sebuah naskah dibuat di Persia atau di Turki.

Dinasti Usmaniyyah tidak saja menerima sebagian besar kaligrafi mutakhir Persia & ahli dlm bidang itu, narnun mereka juga mengembangkan beberapa gaya baru dan benar-benar asli. Mereka menghargai tinggi kaligrafi Arab, dan merasakan kesuciannya yang sangat mendalam. Ini tercermin dalam sejumlah besar naskah al-Qur'an yang berhias yang mereka hasilkan, dalam penggunaan tulisan ornamental yang melimpah di mesjid-mesjid, sekolah-sekolah dan gedung umum, dan dalam ribuan naskah kaligrafi karya keduniawian yg masih terdapat di Turki dan di tempat-tempat lain.Sumbangan terbesar bagi kaligrafi Islam adalah sumbangan dari Syaikh Hamdullah al-Amasi (w. 1520), yang dipandang sebagai pendekar kaligrafi terbesar sepanjang masa dinasti Usmaniyyah. Dia mengajar kaligrafi kepada Sultan Usmaniyyah Bayazid II (1481-1520) yang sangat menghormatinya dan membayarnya mahal untuk setiap tinta yang mengalir, sementara Syaikh menulis kalimat-kalimatnya.

Dari banyak murid berbakat Syaikh Hamdullah yang paling terkenal adalah Ahmad Qarahisari (w. 1555), yang meninggalkan kepada kita banyak contoh karya kaligrafinya. Sudah menjadi tradisi di kalangan sultan dinasti Usmaniyyah utk mengayomi para ahli kaligrafi yang baik dari masa mereka. Ini mendorong membanngkitnya sejumlah besar ahli kaligrafi pilihan, yang sebagian besar layak dipelajari secara terperinci.
Namun di sini kita akan membicarakan 'Uthman ibn 'Ali, yang 1ebih dikenal sebagai Hafiz 'Uthman (w. 1698), yang tingkatnya hanya nomor dua di bawah Hamdullah, dan keduanya memimpin deretan ahli kaligrafi terkemuka. Malahan, semua ahli kaligrafi Turki mencoba menghubungkan rantai silsilah keahliannya kepada mereka, dan menghormati mereka sedemikian tinggi.

Perkembangan lebih lanjut ten tang kaligrafi di Turki dan temp at lain terdorong terciptanya sejumlah tulisan turunan yang disesuaikan dengan keperluan, dan juga melahirkan penemuan2 aligrafi yg luar biasa, yang secara keseluruhan ornamental dan terutama dirancang agar menyenangkan atau memberi kesan menarik.Yang paling penting di antara gaya-gaya turunan itu ialah Shikasteh, Shikasteh-amiz, Divani dan Jali. Shikasteh (bentuk patah) dan tulisan ornamental kelompok Shikasteh-amiz adalah perkembangan tulisan Persia yang bertalian langsung dengan tulisan Ta'liq dan Nasta'liq. Tulisah Shikasteh dikatakan sebagai dptaan sejumlah Shafi' dari herat. Walaupun demikian yang paling tersohor dari tulisan ini adalah Darwish 'Abd al-Majid Taliqani.

Sebagai tambahan untuk kerabat dekat tulisan Ta'liq awal, Shikasteh ditandai oleh kepadatannya yang luar biasa, sebagai akibat sambungan dan garis-garis vertikalnya yang sangat rendah dan miring, dan juga karena kurangnya tanda huruf hidup. Tulisan itu kebanyakan dipakai untuk surat-menyurat pribadi dan usaha, dan untuk tulisan tangan umum bagi bahasa Persia dan Urdu. Shikasteh-amiz sering dipakai di dalam kekanseliran dan usaha-usaha resmi serupa. Tulisan ini lebih besar dan kurang padu dibanding Shikasteh, dan biasanya ditulis pada kertas terang atau berwarna.

Tulisan Divani adalah perkembangan tulisan Usmaniyyah yang sejajar dengan Shikasteh, dan khususnya dikembangkan akhir abad ke-15 dari tulisan Ta'liq Turki oleh Ibrahim Munif. Kemudian ia disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah yang terkemuka, khususnya untuk dipakai di bidang kekanseliran. Tulisan ini benar-benar kursif dan bersusun-susun, dengan huruf tanpa titik dan di luar konvensi saling berpadu, dan juga tanpa tanda huruf hidup. Tulisan Divani juga mengembangkan ragam ornamental yang disebut Divani Jali, juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan).

Perkembangan tulisan Jali sepenuhnya dikatakan ditangani oleh Hafiz 'Uthman dan para muridnya, yang juga menerapkannya terhadap tulisan-tulisan utama yang lain, semata-mata untuk tujuan ornamental. Ciri utama tulisanJali adalah melimpahnya hiasannya dengan beragam tujuan dekoratif, yang tidak memerlukan nilai ejaan apa pun, sehingga secara keseluruhan merupakan kumpulan susunan yang padat, membentuk persegi panjang lurus atau melengkung atau bentuk-bentuk geometris lain.Seni menulis ukuran kedl, yang terutama didasarkan pada tulisan Ghubar, menjadi sangat populer di masa mutakhir. Para ahli kaligrafi modern menyusutkan tulisan Ghubar menjadi sedemikian kecil ukurannya, menuliskannya pada obyek yang tidak lebih besar dari sebutir beras. Naskah lengkap al-Qur'an, yang secara pasti terdiri dari 77,934 kata, telah ditulis pada sebuah kulit telor ayam, dan terakhir sekali pada selembar kertas berukuran tidak lebih dari 55 sampai 45 sentimeter.

Al-Qur'an lengkap yang tidak lebih besar dari ibu jari dipakai sebagai jimat oleh orang Islam yang tak terhitung jumlahnya. Jika para ahli kaligrafi paling terkemuka di bidang ini adalah Isma'il ibn 'Abd Allah, yang lebih dikenal sebagai Ibn al-Zamakjali (w. 1386) dan Qasim Ghubari (w. 1624), maka para seniman abad ke-20 juga telah meneapai puncak keahlian itu, termasuk Hasan 'Abd al-Jawad dari Mesir, yang menulis tiga surah dari AI-Qur'an pada sebutir gandum; Nasib Makarim dari Libanon, penulis lagu kebangsaan negerinya yang terdiri dari 287 kata pada sebutir beras; dan Dawud al-Husayini dari Afghanistan, yang menulis 555 kata pada bidang yang tidak lebih besar dari satu inci bidang bujur sangkar.

Zulf-i 'arus (ikal rambut pengantin) adalah gaya yang agaknya berhubungan baik dengan tulisan Rayhani maupun Nasta'liq. Ia memiliki garis tebal yang ujungnya meliuk-liuk indah.

Gulzar adalah teknik mengisi bidang di dalam jenis besar huruf-huruf yang relatif besar dengan maksud memberikan ragam ornamental, termasuk desain tumbuh-tumbuhan, pola geometris, lukisan perburuan, gambar, tulisan kecil dan motif~motif lain.

Muthanna atau Aynali adalah seni tulisan pada kaca, di mana kesatuan di sisi kiri memantulkan kesatuan sisi kanan. Teknik ini juga dikenal sebagai Ma'kus (pantulan).Kaligrafi hewan, yang berasal dari abad ke-15 ,memperoleh daya tarik luas kelakangan ini. Sebagian besar menggunakan tulisan Thuluth, Naskhi, Ta'liq atau Nasta'liq, benar-benar diubah dan disimpangkan huruf-hurufnya untuk mendapatkan bentuk yang menyerupai binatang, burung dan lain sebagainya. Puncak huruf vertikal tertentu kadang diubah untuk membentuk garis besar figur manusia, sebuah antromorfisme yang diharamkan oleh sejumlah orang Islam.

Thugra Suatu rancangan kaligrafis yang khususnya dikenal sebagai lambang para sultan Usmaniyyah, berkat tangan generasi penerus kaligrafi berkembang mencapai puncak keindahan dan kerapian ornamentasinya. Perkembangan yang lebih modern disebut al-Khatt al-Sunbuli, sebuah tulisan yang bergaya sedemikian berbobot dan tinggi mutunya yang mungkin berasal terutama dari tulisan Divani. Meskipun ia benar-benar mempesona dan indah, sekarang tak luas pemakaiannya.

Tulisan modern lain yang berada dalam kelompok yang sama dengan suinbuli adalah Harf al-Nar, yang memiliki ciri tambahan, sebagaimana namanya menunjukkan, yaitu ujung-ujungnya menyerupai lidah api.
Siyagat adakah tulisan fungsional yang dikembangkan oleh sultan-sultan Umaniyyah untuk keperluan kantor pemerintahan, khususnya yang bertalian dengan lisensi dan dokumen serupa yang berhubungan dengan masalah perdagangan dan keuangan. Ciri garis-garisnya lurus dan berat dan garisnya . lng agak menyudut, yang menghubungkannya dengan tulisan Kufi-Herat, digunakan di Afghanistan dan bagian-bagian tertentu India.

Huruf al-Taj (huruf mahkota) mungkin merupakan tulisan yang paling modern di antara semua. Ia dikembangkan di Mesir pada tahun 1930 oleh Muhammad Mahfuz untuk Raja Fu'ad I, yang ingin mengantarkan penggunaan huruf besar ke dalam bahasa Arab. Sebegitu jauh, sekalipun demikian, hal ini tak memperoleh hasil yang berarti, dan bahasa Arab terus ditulis tanpa huruf besar.Dewasa ini, penghargaan terhadap para ahli kaligrafi diberikan oleh seluruh kaum Muslimin selama sejarah mereka terus berlangsung, dan tercermin dalam penghormatan dan hadiah yang diberikan kepada sejumlah ahli kaligrafi mutakhir yang menonjol. Wahyu pertama dari al-Qur'an berhubungan dengan seni tulis, suatu keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia.

Salah satui sekian banyak sabda mengenai kaligrafi yang dipandang berasal dari Nabi Muhammad saw adalah " Tuhan menulis agar kebenaran tampak nyata. " Oleh karena itu tidak mengejutkan, apabila para ahli kaligrafi diayomi dan dihargai demikian tinggi sepanjang sejarahnya, menjadi faktor paling penting sebagai penghubung sesama kaum Muslimin, dan mewujudkan diri dalam seluruh cabang seni Islam, sebagaimana ilustrasi-ilustrasi berikut.

Al-Qur'an, yang merupakan firman Tuhan dan menyentuh setiap segi penghidupan orang Islam, selalu menjadi obyek pengabdian dan pusat perhatian bagi kegeniusan seni Islam. Hal ini tidak saja membuat kaligrafi terangkat ke tingkat seni suci, melainkan memb'iat ratusan al-Qur'an yang amat bagus banyak tersalin sebagai hasil yang menjadi bukti tentang kebesaran seni Islam itu sendiri.

Sesuai dengan itu, seluruhnya halaman al-Qur'an kaya dengan beragam ilustrasi seperti tampak berikut ini. Pada saat yang sama, kekayaan dan kekompleksan seni kaligrafi hanya dapat diapresiasi melalui kajian terhadap semua inskripsi yang ada pada bata, batu, kuningan, genting, tembikar, kayu dan bahan-bahan lain, dan dilengkapi dengan kajian terhadap tulisan dan gaya non-Qur'ani yang dikembangkan dalam berbagai masa oleh tangan para ahli kaligrafi ulung.

Dari berbagai Sumber.

HAMID AL AMIDI AL KHATTHATH( 1891-1982)

Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015

Hamid al-Amidi adalah seorang tokoh seni khat yang terkenal dengan karya-karyanya yang cantik dan mempunyai susunan yang sempurna. Beliau merupakan guru kepada seorang lagi tokoh seni khat yang hebat dan masyhur iaitu Muhammad Hasyim al-Baghdadi. Hamid al-Amidi dilahirkan pada tahun 1309H/1891M di bandar Diyar Bikr, terletak di Anadul yang dahulunya dikenali sebagai Amid. Itulah antara sebab beliau menisbahkan namanya dengan Hamid al-Amidi. Nama sebenar beliau ialah al-Syaikh Musa Azmi.

Nama asli beliau adalah Musa Azmi. Beliau dilahirkan pada tahun 1891 di kota Diyar Bakr, sebelah tenggara kota Anatolia, Turki. Kota Diyar Bakr ketika itu lebih dikenal dengan nama Amid. Nama inilah yang kemudian ia pakai dalam nama penanya, Hamid al-Amidi. Sedangkan nama asli beliau, Azmi, sering ia pakai dalam tauqi’ pada karya-karya beliau sewaktu muda. Dan ketika masa tua, beliau lebih suka memakai nama sebutan beliau, Hamid. Kaligrafer yang lebih terkenal dengan kepiawaiannya dalam khat tsulust jali ini meninggal dunia pada tahun 1982, dimakamkan di Farjah Ahmad, dekat makam syekh Hamdullah.

Hamid al-Amidi telah menguasai seni khat semenjak zaman remaja lagi ketika belajar di bandar kelahirannya di Amid. Seterusnya apabila berhijrah ke Istanbul, beliau mendalami lagi kemahiran seni khat terutama khat nasakh dan thuluth dengan gurunya iaitu Al-Haj Nazif Bik dan berterusan mengabdikan diri dalam bidang seni ini sehingga umurnya hampir 70 tahun. Kekuatan seni khatnya terserlah dengan kemampuannya menyusun dan mereka cipta dengan mata pena yang begitu unik dan mempersonakan.

Semasa hidupnya, beliau merupakan seorang kaligrafer modern Turki yang mempunyai banyak karya. Baik dalam bentuk misyq (kumpulan qoidah khottiyyah) ataupun tulisan yang tersebar dalam lembaran-lembaran kertas dan goresan-goresan di dinding masjid dan tempat-tempat lainnya.

Kecenderungan beliau kepada khat tumbuh sejak ia belajar di madrasah ibtida’i. Dan ketika ia pindah ke Istambul pada tahun 1908, ia sempat belajar di madrasah al-Huquq. Beliau berguru kepada beberapa orang kaligrafer yang juga merupakan tokoh kaligrafer pada masanya. Beliau belajar naskhi dan tsulus kepada al-Hajj Nadzif Bik. Disamping itu, beliau selalu bertukar pikiran dan bermulazamah dengan Haqqi Hafidz Bey, Kamil Afandi, Ismail Haqqi al-tunbazar dan Hulushi Afandi (yang juga guru dari seorang master kaligrafi Muhammad Syauqi).

Sejak tahun 1910 sampai 1912, beliau mengajar kaligrafi, dan menjadi seorang kartografer di sekolah militer hingga tahun 1918, sebelum akhirnya mengabdikan seluruh hidupnya untuk dunia kaligrafi. Beliau telah menulis mushaf al-Qur’an sebanyak dua kali. Karya beliau paling banyak dijumpai di masjid Sisili di Istambul, Turki, dengan mengambil model ornamen tradisional.

Enam bulan sebelum wafatnya, Pusat Penelitian Sejarah dan Seni di Turki sempat mengadakan rekaman film dokumenter dengan judul Hamid al-Khattath. Dokumentasi dari film ini telah tersebar di beberapa negara termasuk Mesir. Ahmad Shabri Zayd, seorang khattath dan pemerhati seni kaligrafi di Mesir, mempunyai copian dari film tersebut.Selain merupakan tokoh inspirator bagi kaligrafer setelah zamannya, Hamid al-Amidi juga pernah memberi ijazah kepada beberapa khattath yang sudah diakui kapabilitasnya. 

Diantaranya, ia telah memberikan dua ijazah kepada seorang Kaligrafer ternama, Hasyim Muhammad al-Baghdadi masing-masing pada tahun 1950 dan 1952. Hasyim Muhammad,kaligrafer irak yang sempat hijrah ke Mesir ini, pernah belajar di Madrasah Tahsinul Khututh Malakiyyah (sekarang Kholil Agha) di Baab-el-Sya’rea Kairo. Ia berucap kepada Hasyim “Kaligrafi telah kembali masa jayanya ke Iraq, dengan tangan Hasyim Muhammad”.

Hamid al-Amidi meninggal dunia pada tahun 1982 Masihi. Beliau merupakan khattat terakhir dari kalangan penulis-penulis khat terkenal di Istanbul Turki.

HASYIM MUHAMMAD AL BAGHDADI ( 1919-1978)

Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015

Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath lahir di Baghdad pada tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ia beralih mempelajari kaligrafi pada beberapa sekolah dasar (katatib) sejak masih kecil. Pelajaran yang kelak menjadi profesinya itu ia timba dari gurunya Al-Mala Arif Afandi kemudian Al-Mala Ali Darwisy. Pada tahun 1943 mendapatkan ijazah (diploma) dari kaligrafer terkemuka Mullah Ali al-Fadhli (wafat 1948). Kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah Tahsin al-Khuthuth Kairo dan memperoleh ijazah dengan predikat sangat memuaskan, 1944. Pada tahun yang sama ia memperoleh ijazah dari kaligrafer Mesir Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni. Tahun 1946 ia menerbitkan sebuah buku teks dalam gaya tulisan Riq’ah.

Selanjutnya ia mengunjungi Turki dan memperlihatkan contoh-contoh karyanya kepada kaligrafer terkemuka di negeri itu yaitu Musa Azmi atau yang lebih dikenal dengan Hamid al-Amidi yang memberinya ijazah dua kali yaitu tahun 1950 dan 1952. Pada kali yang kedua Hamid menyatakan bahwa Hasyim Muhammad adalah seorang kaligrafer terbaik dan terkemuka di dunia Islam, dan berkata kepadanya,”Kaligrafi tumbuh di Dar as-Salam (Baghdad) dan kini kembali ke Dar as-Salam, melalui tanganmu.”

Inilah bunyi teks ijazah yang diberikan Hamid kepadanya:
“Bismillaahirrahmainirrahiim. Anakku, Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath, telah kusaksikan pada dirimu penuh keyakinan, keikhlasan, dan kecintaan terhadap seni ini yang tidak pernah terhapus sepanjang Islam tegak berdiri. Kuamanatkan padamu, jadilah engkau primadona mereka dan Awwalul Khattatin di dunia Islam. Aku berikan padamu penghargaan setinggi-tingginya, sebab engkau bergerak maju selalu. Ditulis di Asitanah tahun 1371 H.”

Hasyim mengikuti aliran Baghdad, suatu tradisi kaligrafi yang lebih tua dan klasik warisan ta’shimi, dan meramunya dengan aliran Usmaniyah Turki yang lebih bebas, berani dan modern. Ia dikenal sebagai salah satu kaligrafer khat Tsulus yang terbaik, sebagaimana contoh salah satu tulisannya dalam khat Tsulus sebagai berikut:

Ia bekerja sebagai kaligrafer pada gubernuran Misahah al-Iraq wa Zamil al-Khattat Muhammad Sabri wa Akhahu hingga akhir hayatnya. Ia mengawasi pencetakan al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin al-Rusydi. Hasyim menyempurnakan beberapa kata yang terlewat, menomori ayat-ayat dan menulis nama-nama surah. Naskah ini pertama kali diterbitkan di Baghdad pada tahun 1951, kemudian dicetak ulang di Jerman (1966), yang memaksanya tinggal di negeri ini selama tiga tahun untuk mengawasi penerbitan tersebut. Edisi ketiganya diterbitkan di Jerman pula tahun 1972.

Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi dosen kaligrafi di Madrasah al-Funun al-Jamilah (sekolah seni) di Baghdad, kemudian menjadi kepala Departemen Kaligrafi dan Dekorasi Islam sampai meninggal tahun 1973. Selama kurun tersebut ia menerbitkan koleksi kaligrafinya (1961), memuat karya-karya terbaiknya, dengan judul Qawa’id al-Khath al-‘Arabi (Kaidah-kaidah Kaligrafi Arab).

Hasyim bukan hanya jenius menorehkan huruf dengan media tinta diatas kertas, tetapi juga piawai mengguratkannya ke panel atau media lain yang monumental. Karya kaligrafinya menghiasi bangunan-bangunan umum dan beberapa masjid terkenal di Irak, termasuk Masjid al-Syahid, Masjid Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Masjid Haiderkhana, Masjid al-Muradiah, dan Masjid Buniah. Untuk menghormatinya, pemerintah mendirikan patung di al-Fadhl, sebuah kawasan kuno yang paling diseganinya dan tempat dimana ia dibesarkan. Ia mendisain uang kertas Irak dan beberapa koin untuk Tunisia, Maroko, Libya dan Sudan. Hasyim mengikuti rumus-rumus Yaqut, bahkan seluruh Rumus Turki yang dibaguskan lewat tangannya.
Hasyim Muhammad hanya memberikan satu ijazah yaitu kepada muridnya Abdul Ghani al-Ani. Ia merencanakan untuk menulis mushaf al-Qur’an dengan gaya tulisannya sendiri yang khas, tetapi ia meninggal sebelum menyelesaikan proyek ini. Bukunya yang memuat beberapa karya terakhirnya dicetak ulang di Baghdad pada tahun 1978. Jenazahnya dimakamkan di Neijf.

(Dari berbagai sumber)

Senin, 13 April 2015

GEMUK

Assiry Gombal mukiyo, 11 April 2015

Wahai Perempuan yang gemuk
Tetaplah tersenyum dan selalu riang gembira
Janganlah bersedih atas kegemukan yang menimpamu.
sehingga harus diet dari porsi makanmu yang banyak itu.
Tingkatkanlah bobotmu, dan teruslah makan.

Ingat...!
Sesungguhnya Surga itu,
diperuntukkan bagi yang berat timbangannya.
Fatwa MUI Asudahlah.

Jumat, 10 April 2015

MENIKAH

Assiry gombal mukiyo, 10 April 2015

Sudah sejak jaman dahulu pernikahan itu sering cuma jadi urusan keluarga, kekayaan dan kerajaan daripada urusan antar individu. Sering sekali anaknya raja atau hulubalang dinikahkan kepada raja atau hulubalang lain seperti kasusnya Dyah Pitaloka Sunda yang diserahkan ke Hayam Wuruk Majapahit.

Ternyata sampai sekarang hal itu masih sangat sering terjadi, yang Cina tidak boleh menikah sama pribumi, yang kasta tinggi "ndak" boleh nikah sama kasta rendah, yang Islam tidak boleh nikah sama non Islam, yang kaya ga boleh nikah sama yang miskin, yang pejabat harus sesama pejabat, yang ningrat harus sesama ningrat.

Jadi sebenarnya kebodohan manusia dalam masalah ini sejak dari jaman Majapahit sampai sekarang tidak terlalu berubah. Di jaman dimana sains membuktikan bahwa individu dan kualitasnya adalah bagian tersendiri dan lepas dari embel-embel jabatan, harta, ras, dan segala jenis atribut semu lainnya.

Jadi para penduduk bumi, mulailah hancurkan budaya feodal ngawur ini, cintailah siapapun yang layak kamu cintai, hiduplah dengan siapapun yang kamu sayangi, karena sungguh begitu sia-sia hidupmu yang sangat sebentar itu jika dihabiskan dengan orang-orang yang tidak kamu cintai dan sayangi sepenuh hati.

Jumat, 03 April 2015

LEE KUAN YEW & ISLAM YANG SEMAKIN TERBELAKANG

Assiry gombal mukiyo, 02 April 2015

Dalam wawancara dengan media dan anak-anak muda Singapura, Lee Kuan Yew sering bilang bahwa umat Islam Singapura paling susah berintegrasi dengan umat lainnya, apalagi sejak menjamurnya Islam garis keras yang banyak dibiayai oleh Timur Tengah.

Lee Kuan Yew ingin agar umat Islam tidak terlalu religius, mengamalkan agama dengan moderat saja, sehingga mudah berintegrasi dengan umat lain di Singapura. Banyak hal dilakukan Lee Kuan Yew agar muslim bisa lebih terbuka dan integrasi berjalan mulus. Salah satu hasilnya adalah sekarang ketua parlemen adalah seorang muslimah Halimah Yacob dan kepala kejaksaan seorang India bernama Sundaresh Menon.
Dan permasalahan integrasi ini tidak hanya ada di Singapura, di Eropa permasalahan integrasi jauh lebih parah. Saya sangat sering mendengar sendiri di pengajian-pengajian atau di masjid dimana umat Islam mengharamkan demokrasi dan berniat mengacaukan Eropa. Menurut Lee Kuan Yew yang agnostik, setidaknya umat Islam bisa mencontoh umat Kristen yang sudah sadar dari kebodohan abad kegelapan, dimana umat Kristen sekarang tidak lagi menggunakan kekerasan sebagai jalan keluar, berbeda dengan umat Islam yang masih banyak menggunakan kekerasan dengan senjata bahkan bom untuk mencapai tujuannya.
Seyogyanya umat Islam mendengarkan nasehat Lee Kuan Yew, jaman telah berubah, jika umat Islam tidak berubah dan menjadi lebih moderat dan tidak terlalu religius, maka umat Islam akan terus-terusan menjadi gedibal kekuatan dunia.

Dalam konteks NU (Nahdlatul Ulama) sering sekali Guru dan Kiyai saya memberi nasehat agar kita bisa memegang 4 kunci pokok untuk membuka kemajuan dan cakrawala dunia:
1. Tawasuth (Moderat)
2. Tawazun (Seimbang)
3. Tasamuh (Toleran)
4. Al-akhdzu liqodim as-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah (memelihara tradisi baik dan terbuka terhadap modernitas yg bagus).

Inilah yang membuat Singapura maju, semua agama diterima hidup rukun tanpa ada cekcok dan permusuhan.

Satu hal yang menarik waktu disiarkan di TV Nasional Singapura, bagaimana Pemerintah sukses menghadapi radikalisme.

Sungguh komprehensif, mereka bekerjasama dengan Majelis ulama Singapura, ditentir ulang, disantuni sambil dicarikan pekerjaan yang layak.

Karena kebanyakan yang radikal sebenarnya adalah yang memiliki strata ekonomi kelas bawah.